SURABAYA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapat
mandat dari para kiai dan tokoh muda pesantren agar membahas pencegahan
paham radikal dalam Muktamar PKB 2014 yang digelar 30 Agustus-1
September 2014. Rekomendasi ini disambut dengan tangan terbuka oleh
Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar.
"Warga PKB, NU, dan kalangan pesantren jelas tidak sepakat atas gerakan
radikal yang melakukan kekerasan atas nama Islam, jadi itu menjadi
perhatian khusus kami," jelas pria yang akrab disapa Cak Imin itu usai
menutup Bahtsul Masail Kebangsaan dalam Perspektif Para Muda Pesantren,
Sabtu 23 Agustus 2014 malam.
Alhasil, disepakati bahwa kader PKB, NU serta kalangan pesantren bakal
serius menangkal semua faham yang tidak sesuai dengan ideologi negara,
dan mengancam NKRI.
"Para kiai pesantren dan warga NU sudah bergerak memberikan pemahaman
kepada masyarakat akan bahaya kepentingan politik yang dibungkus agama
itu," terangnya.
PKB secara resmi juga menerima rekomendasi forum diskusi tokoh muda
pesantren Jawa Timur agar bisa mengintervensi pemerintah supaya bersikap
lebih tegas terhadap setiap jenis gerakan radikal yang mengancam NKRI.
Lantaran para pengikut gerakan semacam ini menganggap dakwah harus
dilakukan secara radikal, konsep negara Islam, seruan jihad, serta
pembangkangan terhadap ideologi Pancasila, melanggar syariat agama
Islam.
"Cara tersebut berbeda jauh dengan konsep Islam rahmatan lil 'alamin
yang menjadi tema besar Muktamar PKB serta dalam naungan prinsip
ahlussunah wal jamaah," tegasnya.
Agar pesannya tersampaikan, Cak Imin meminta para partisipan Muktamar
PKB di Empire Palace Jalan Pasar Blauran, Surabaya, menangkap pesan
tersebut. Supaya usai muktamar, pihak-pihak yang berkepentingan cepat
mengaplikasikan rekomendasi untuk menangkal deradikalisasi di NKRI.
Bahtsul Masail Kebangsaan PKB semalam dihadiri para kiai muda dari 60
pesantren di Jawa Timur. Kiai dari Ponpes Darul Ulum, Selo Tumpuk,
Kabupaten Blitar, KH Muhammad Ali Romzi, mengungkapkan, majelis
menginginkan Muktamar PKB juga membahas serius perkembangan Negara Islam
di Irak dan Suriah (ISIS).
"Organisasi ini (ISIS) bisa mengancam keutuhan NKRI. Ini menjadi poin
penting dan akan kita rekomendasikan masuk dalam pembahasan Muktamar
PKB, yang kemudian diharapkan bisa menjadi kebijakan partai," kata Gus
Ali Romzi, panggilan akrabnya.
Prinsipnya, para kiai muda tak sepakat konsep pembentukan Daulah
Islamiyah lantaran bertentangan dengan negara Pancasila yang sah secara
syar'i. Hal yang terpenting, papar dia, bagaimana syariat Islam
ditegakkan dalam sebuah negara. Namun, dengan tuntunan Rasulullah yang
tidak mewajibkan berdirinya sebuah negara Islam.
Selain Gus Ali Romzi, hadir pula M Shodif (Gus Shodif) dari Ponpes Al
Falah Malang, Gus Hazani Zubair (Ponpes Nurul Cholil, Bangkalan) Gus
Toif (Ponpes Al Falah, Ploso, Jombang), Gus Ahmad Athoillah (Ponpes
Denanyar, Jombang), Gus Aizzudin (Ponpes Tebuireng, Jombang), Gus Faiz
(Ponpes Nurul Jadid, Probolinggo), serta sejumlah kiai muda lainnya.
(hol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar