Merdeka.com - Pedagang kaki lima (PKL) di sekitar museum
Fatahillah, kawasan Kota Tua mengeluhkan upaya penertiban yang dilakukan
pemerintah provinsi DKI Jakarta sejak dua pekan lalu. PKL hanya
diperbolehkan berdagang pukul 17.00-22.00 WIB.
Otomatis, omzet yang mereka dapat tiap hari menurun drastis dari
biasanya. Salah satunya dirasakan warga Bogor, Rusmiati (45) yang
mengaku penghasilan anjlok sejak pemerintah melakukan penertiban. Sudah
enam tahun dia mangkal dan jualan di kawasan Kota Tua.
Biasanya, omzetnya per hari bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Namun
sejak jam berdagang dibatasi, omzetnya per hari di bawah Rp 100.000.
"Susah sekarang sejak Gubernurnya Ahok, sudah dilarang kita berjualan
di sini. Baru boleh jualan jam lima sore, biasanya kan kita dari siang.
Mau tidak mau penghasilan turun, biasanya bisa dapat Rp 300.000,
sekarang cuma Rp 45.000. Kalau laris ya Rp 70.000 saja," ujar Rusmiati
saat berbincang dengan merdeka.com, di Kota Tua, semalam.
Dia menyesalkan sikap Ahok yang dinilainya arogan terhadap warga
kecil dan ekonomi lemah. Rusmiati beranggapan pemerintah lebih pro
terhadap retail-retail seperti Indomart atau Alfamart, daripada
kehidupan PKL.
"Mereka lebih pro ke yang banyak duit daripada kita. Padahal kan
mereka juga kita yang pilih. Kebutuhan kita banyak, sekolahin anak,
biaya hidup sehari-hari kalau cuma dapat segini mana cukup," jelas dia.
Terpisah, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Kukuh Hadi Santoso mengaku
penertiban ini dilakukan berdasarkan Perda nomor 8 Tahun 2007 tentang
aturan tempat-tempat tertentu yang tidak diperbolehkan berjualan dan
diketahui oleh Walikota dapat dilakukan penertiban.
"Ini bukan berdasarkan instruksi Pak Ahok tapi memang kita tegakkan
Perda nomor 8 tahun 2007. Kita lakukan penertiban secara terus menerus
dan dipindahkan tempat yang layak," kata Kukuh.
Setelah merelokasi PKL, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan pembangunan 5
pasar dan lokasi binaan. Namun, kapasitas tempat relokasi tersebut tidak
dapat menampung seluruhnya sehingga diprioritaskan bagi PKL yang
memiliki KTP DKI Jakarta.
"Ya sementara kita prioritaskan warga DKI dulu, ini bertahap. Karena
kita juga mau nampung semuanya tidak ada lahan untuk membangun. Kita
sudah berusaha carikan tempat, tapi memang kekurangan lahan," ucap dia.
Kukuh tidak menampik, pendapatan PKL menurun akibat penertiban ini.
Dia berharap PKL bersabar karena Pemprov DKI tengah mencarikan jalan
keluar.
"Penghasilan menurun itu pasti ya harusnya Alhamdulillah, disyukuri
dulu, jangan seenaknya maunya berdagang sampai pagi. Kita ini lagi
berusaha carikan tempat juga," jelas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar